NAPAS KEDUA


Karya: Dearnida Trisani Purba

 

Hai, nama aku Dearnida. Aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, duduk di bangku kelas 1 SMA, memiliki sedikit prestasi, memiliki banyak teman, dan sangat senang dalam menjalani hari-hari.

Sampai pada suatu hari, yang dimana sebuah kejadian mengajarkanku akan banyak hal. Tepatnya Kamis, 05 January 2023. Hari itu adalah hari pertamaku sekolah di semester ke 2, “Tahun baru dan hidup baru” begitu kata orang-orang. Tetapi tidak denganku, entah apa aku, tidak bersemangat seperti biasa, dan hampa rasanya.

 

     Paginya, aku terbangun dan bergegas mandi, berganti pakaian, dan tidak sarapan. Biasanya, aku diantar oleh kakakku ke sekolah karena motor akan dipakai di rumah. Tetapi tidak dengan hari ini, aku berpamitan dengan Ibu, dan langsung bergegas pergi membawa motor sendiri. Dari rumah sampai ke sekolah, aku merasa baik-baik saja seperti biasanya. Dan tibalah sampai di gerbang sekolah, aku pertama kali bertemu dengan Ketua Osis kami kak Gryfia namanya. Aku mengucapkan selamat tahun baru sembari menyalam dan memeluknya. Tak lama kemudian aku juga bertemu dengan Sekretaris Osis kami, yaitu kak Lajuardi, tidak berbeda aku menyalam sembari mengucapkan selamat tahun baru. Akupun sampai di kelas dan bertemu teman-temanku dan memberi salam kepada mereka. Sekitar jam 09.00 WIB pun tiba lonceng berbunyi menandakan untuk kami berbaris. Akupun berbaris bersama Claudia teman ku. Dibarisan, aku bersampingan dengan Iqbal teman kelas sebelah dan dia berkata

“De, kita pulang sama ya, soalnya aku tidak membawa motor.”

“Oh.. oke boleh.” Jawabku.

 

      Karena masih awal tahun, wakil kepala sekolah mengumumkan bahwa pulang akan dipercepat. Seusai berbaris, kamipun ke kelas mengambil tas, karena teman ku Claudia tidak mempunyai teman ke tempat pengkolan becak, akupun berinisiatif mengantarnya lebih dahulu, sampai di tempat pengkolan becak, bukannya membiarkan dia turun eh malah muncul pikiran negatif. Kami berdua berencana mau pergi jalan ke arah Purba hanya untuk sekadar mencari angin. Haha memang ide yang memburukan. Akhirnya aku dan Claudia memutar balik motornya dan kembali ke SMA, dan mengantarkan Iqbal dahulu ke rumahnya. Lucu bukan? Jadi putar-putar saja kerjaannya haha. Tetapi itu tidak melelahkan, pada dasarnya aku suka mengendara. Sesampainya di rumah Iqbal, sebenarnya aku tidak mempunyai niat untuk berbohong kepadanya, tetapi untuk mempersingkat pembicaraan terpaksa hehe.

“Bal, aku tadi kelupaan membeli sesuatu di tigarunggu, bentar ya aku membelinya dulu"

“Lah? Kenapa tadi tidak kamu ingat, yaudah hati-hati ya, makasih tumpangannya.” Ucapnya.

“Oke sama-sama (maaf ya Bal jadi bohong, kalau aku kasih tahu nanti kamu mengatakannya kepada Ibuku, aku pergi cuman sebentar aja kok)” Kataku di dalam hati.

 

      Akupun pergi ke SMA dan menjemput Claudia yang sedang menunggu. Sampai di SMA, kamipun pergi ke arah Purba, diperjalanan menuju kesana kami masih baik-baik saja, begitu juga dengan perasaanku. Sesampainya di Purba kamipun putar balik untuk pulang ke rumah, karena memang dari awal kami hanya ingin  berjalan-jalan sembari makan angin haha.

 

      Dan ini masalahnya, karena aku membawa motor terlalu kencang, tibalah disuatu tikungan sebelum Rest Area ada Bis Cepat dari arah Siantar menuju Seribu Dolok. Karena motor yang kubawa terlalu kencang, aku sudah tidak dapat mengendalikannya lagi, rasanya seperti bukan aku lagi yang membawa motor itu, aku tidak bisa membuat motor itu tetap berada di jalur kiri, akhirnya akupun mengambil jalur kanan, dan Brukkk‼‼! Aku menambrak Bis tersebut. Jarak tiga meter antara aku dan Bis aku masih mengingat jelas kejadian tersebut. Setelah itu, aku tidak mengingat atau merasakan apapun lagi. Banyak orang yang mengelilingi kami, tetapi tidak ada yang mau menolong. Akhirnya Pak Supir Bis itupun menolong, menumpangkan kami ke mobil eltor 300 yang sedang lewat dan menyuruh mengantarkan ke Puskesmas Tigarunggu.

 

       Sesampainya di Puskesmas, akupun tersadar

“Ini dimana? Oh cuman mimpi kok" Ucap polos ku dalam hati.

Tak lama kemudian aku mendengar suara berisik, dan melihat bahwa disana sangat ramai. Dan aku baru tersadar bahwa itu adalah NYATA. Tak lama kemudian Ibuku sampai di Puskesmas, dengan rasa sakit, takut, dan sedih akupun berkata kepada Ibu

“Bu, aku minta maaf ya, Ibu maafkan aku kan?”

“Iya Nak, sudah Ibu maafkan kok, yang penting semangat biar cepat sembuh ya!”

 

      Karena kondisi ku yang sangat parah, akhirnya akupun dirujuk ke Rs. Vita Insani, kami memakan waktu 2 setengah jam untuk sampai disana karena jalanan yang sangat macet. Sesampainya di rumah sakit, akupun langsung diperiksa oleh perawat IGD, dan beberapa saat kemudian datang Pak Polisi untuk mencari informasi dariku apa yang terjadi.

“Kamu tadi yang kecelakaan di Purba?” Tanyanya.

“Iya Pak" Jawabku.

“Kenapa bisa terjadi seperti ini? Boleh kamu jelaskan?” Tanya Pak polisi lagi. Sembari menahan rasa sakit, akupun menjelaskan yang sebenarnya

“Saya datang dari arah Purba Pak, dan Bisnya dari arah Siantar, karena saya membawa motor terlalu kencang, saya tidak bisa mengendalikkannya lagi, saya pun mengambil jalur kanan, dan menabrak Bis cepatnya, maaf Pak saya yang salah.” Jelasku pada Pak polisi

“Hebat kamu ya, yang biasanya Bis menabrak motor, ini motor yang menabrak Bis, cepat sembuh ya!” Ujarnya kepadaku haha.

 

       Berjalannya waktu, perawat kembali datang dan mengatakan tubuhku harus di Rontgen, dan Scan kepala supaya diketahui bagian mana saja yang terluka. Hasil Rontgen tubuh dan Scan kepalaku-pun keluar. Dokter mengatakan bahwa jari tangan kelingking kananku patah dan di bagian kiri atas kepalaku terdapat penggumpalan darah yang diakibatkan oleh tumbukan ke besi Bis yang mengakibatkan batok kepala retak dan terjadilah penggumpalan darah, yang dimana ini harus di operasi, jika tidak dalam 5 jam kedepan tidak dapat dipastikan saya akan tertolong. Maka dari itu harus segera dioperasi.

 

       Mendengar hal itu Ibu, kakak, dan semua keluargaku yang disanapun kaget dan takut. Bingung harus melakukan apa, karena dampak setelah operasi yang besar dan jika tidak dioperasi dampaknya juga besar. Tetapi pada akhirnya, keluargakupun setuju untuk mengoperasiku, Akupun dibawa keruang operasi dan seluruh pakaiankupun dibuka. Sebelum operasi dimulai, aku dan Ibu berdoa dahulu agar prosesnya dilancarkan olehNya. Selesai berdoa, Ibu disuruh keluar ruangan, dan akupun dibius. Aku tidak merasakan sedikitpun saat dioperasi, tidak sadarkan diri, karena seluruh tubuhku terkena bius. Aku mulai operasi jam 5 kurang 5 sore, dan selesai kira-kira jam 10 kurang yang berarti aku dioperasi dan pemulihan kurang lebih 5 jam. Sempat terlintas dibenakku, ada apa dengan angka 5? Soalnya, ditanggal 5, operasi jam 5, prosesnya juga 5 jam, kalau tidak operasi dalam 5 jam sudah tidak tertolong, sewaktu itu juga aku berumur 15 tahun. Sebenarnya angka lima itu kenapa? Yang dimana aku lahir juga tanggal 5, kan jadi malah overthinking hahaha.

 

      Setelah selesai di operasi, Puji Tuhan aku langsung sadar, aku memegang kepalaku ternyata rambutku sudah tidak ada lagi, aku bertanya kepada Ibu

“Bu, rambutku mana? Kenapa sudah tidak ada?”

“Iya Nak, rambutmu dipangkas, tidak apa-apa ya nanti bakal tumbuh lagi kok, asalkan kamu bisa sembuh.” Jawab Ibu padaku.

Air mata jatuh tanpa aba-aba, sudah menahan rasa sakit dan ditambah kehilangan rambut. Haha kasihannya diriku. Tetapi, seiring berjalannya waktu, aku mulai mengiklaskan dan menerima, mencoba mencintai kembali diriku.

  

       Di hari kedua di rumah sakit, tepatnya di hari sabtu. Rasanya semua sangat menerkamku. Rasa sakit yang sudah tak tertahan dan ingin sekali menyudahi semuanya.

“Bu, kak, meninggal ajalah aku sekalian, aku sudah sangat lelah. Kenapa tidak ditempat kejadian itu ajakan? Lagian tujuan hidup kan

meninggalnya.” Kataku, karena seluruh tubuhku serasa terpenjara kesakitan. Yang dimana juga aku sangat kasihan melihat Ibu, kakakku, dan seluruh keluarga yang disana kelihatan lelah merawatku.

“Eh tidak boleh berbicara seperti itu, kamu mau melihat Ibu sedih terus kalau kamu ngomong seperti itu? Masih banyak orang yang peduli denganmu, banyak orang yang mendoakanmu supaya kamu cepat sembuh, pokoknya kamu harus sembuh! Harus semangat! Bersyukurlah Nak, kamu masih diberikan Tuhan kesempatan buat hidup.”

Mendengar ucapan Ibu, aku kembali semangat dalam pemulihanku, melawan seluruh rasa sakit yang menimpaku.

 

     Karena terlalu bosan hanya terbaring di kasur yang dibenci oleh semua orang, akupun mencoba membuka handphone untuk mencari sedikit hiburan. Membuka WhatsApp ternyata banyak sekali teman maupun guruku yang memberi pesan, membaca seluruh pesan-pesan mereka tak tertahan nangis ku kembali mengalir. Mereka memberi semangat, doa, dan harapan-harapan mereka. Sungguh, hal itu membuatku semakin semangat untuk kembali sembuh. Ada juga teman ku bernama Febina, Christine, dan Hotna yang tidak bosan-bosannya memberi pesan kepadaku setiap hari. Mengucapkan semangat supaya aku cepat pulih. Dan juga Febina bersama Ibunya datang hari itu. Wahh betapa senangnya hatiku melihat kedatangannya. Setelah Febina pulang, datang juga kak Pdt. Rameyana, mendoakanku dan memberi semangat untukku.

 

       Di hari minggunya, adalah jadwal ku untuk melepas perban dan selang yang ada dikepalaku, sungguh rasanya sangat sakit sekali ketika selangnya ditarik dari dalam kepalaku. Rasanya ingin menghilang hahaha.

 

       Selama kami dirumah sakit, banyak sekali yang datang menjenguk, tidak hanya keluarga tetapi warga sekampungpun banyak yang datang. Yang tadinya aku susah makan, sekarang akan kupaksakan menelan, karena melihat kedatangan mereka yang susah payah datang hanya karena ingin melihatku. Mereka juga banyak bercerita tentang perkataan-perkataan orang di kampung. Katanya banyak yang mengatakan bahwa jari-jariku udah patah tigalah, terus ada juga yang mengatakan aku tidak akan terselamatkan lagi, haha banyak deh yang aneh-aneh wkwk. Mendengar cerita dari orang-orang, melihat kejadian itu dan hancurnya motor tersebut, memang tidak mendukung akan keselamatanku. Jadi, aku tidak menggertak apa yang mereka katakan. Tetapi ya begitulah, mau apapun yang orang katakan, jika TIDAK kata Tuhan, ya tidak akan terjadi. Iya kan?

 

      Dari kejadian ini, aku tersadar bahwa aku mendapat hadiah tahun baru yang paling bermakna di hidupku dari Tuhan, hadiah yang tak akan pernah aku lupakan. Hadiah PEMBELAJARAN, BE NEW LIFE and NEW HAIR haha. Mungkin, pertama-tama aku sedih, menyesal, bertanya “mengapa ini semua terjadi padaku Tuhan? Apa tidak cukup Engkau membiarkan ku hidup tanpa Ayah sejak kecil?” Tetapi jawaban Tuhan mengajarkanku hehe. Sekarang, aku tidak menyesali mengapa ini semua terjadi padaku, aku menerimanya dan malah berterima kasih untuk Tuhan, dapat mendewasakanku dengan caraNya. Dan aku yang dulu, bukan lagi yang sekarang, kata kak Pdt, “Dear tidak boleh ya menyia-nyiakan kesempatan ini.” Ya… aku harus berubah to be better. Aku banyak sekali belajar dari kejadian ini. Satu, kita tidak boleh pergi kemanapun tanpa seizin dari orang tua, Kedua, belajar mengenali batas kemampuan kita atas segala bidang. Ketiga belajar menerima dan menjalankannya, dan banyak lagi pelajaran yang aku dapat. Tidak hanya belajar aku juga semakin mengenal pandangan banyak orang padaku. Pada dasarnya semua orang itu baik akan tetapi, tidak disemua tempat. Aku banyak menerima pedulinya orang terhadapku saat aku sakit. Kadang aku berfikir “apakah kita memang harus membalaskan kebaikan orang terhadap kita?” Sungguh, jika Iya, aku tidak dapat membalas semuanya, tetapi akan kuusahakan. Apa ada hukum alamnya bahwa “Kebaikan harus dibalas dengan kebaikan? Bukan berarti maksudku Kebaikan harus dibalas dengan kejahatan" Tetapi tidak worth it jika aku tidak membalas seluruh kebaikan orang kepadaku. Selagi hidupku adalah milik Tuhan, akan kulakukan sebisaku. Aku bakal ingat selalu siapa yang menolongku ketika aku terjatuh. Terima kasih banyak buat Tuhan dan kalian semua, tanpa kalian mungkin aku tidak mengetik Cerpen ini lagi. Semoga ceritaku dapat menginspirasi kalian ya teman-teman. “JADILAH UNTUK SIAPA, DAN BUKAN UNTUK APA. ITULAH ARTI HIDUP SESUNGGUHNYA."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERIHAL DATANG UNTUK PERGI.

  Karya : Putri Handayani Sinaga   Haiii kenalin aku putri,Ini di mulai dari pada saat aku masuk SMA ya sekolah menengah atas. Pada awal...